1. Pengertian
karies gigi
Karies
gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari host (penjamu), agent
(penyebab), envitonment (lingkungan),
time (waktu) yang menghasilkan
kerusakan pada jaringan karies gigi (email, dentin, sementum) yang tak bisa
pulih kembali (Sriyono, 2005). Karies gigi merupakan hancurnya email dan dentin
yang mengakibatkan lubang pada gigi (Maulani, 2005). Karies merupakan suatu
penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd,
dkk, 1992).
Gambar .
Karies Gigi
2. Penyebab
terjadinya karies gigi
Faktor
utama penyebab karies gigi digambarkan sebagai 4 lingkaran yang saling
berorientasi (multifaktoral). Lingkungan pertama adalah host, yang meliputi
gigi dan saliva, lingkaran kedua adalah faktor mikroorganisme (plak), lingkaran
ketiga adalah faktor substrat (makanan) dan lingkaran yang keempat adalah
faktor waktu, selain faktor langsung yang ada di dalam mulut (faktor dalam)
yang berhubungan dengan karies gigi terdapat juga faktor-faktor tidak langsung
yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
penghambat terjadinya karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah usia,
jenis kelamin, keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan kesadaran dan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi misalnya mengenai jenis makanan
dan minuman yang menyebabkan karies gigi (Ruslawati, 1991). Faktor utama
penyebab karies dapat digambarkan pada gambar 1 dibawah ini:
|
3. Proses
terjadinya karies
Proses
terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih mengkilat
pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor yang harus ada
dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu. Makanan yang
mengandung gula (sukrosa) dengan adanya kuman dalam plak (coccus) maka berbentuk asam (H+)
dan jika berlangsung terus menerus, maka lama kelamaan pH plak menjadi ± 5. Asam (H+)
dengan pH ini akan masuk kedalam sub surface dan akan melarutkan
kristal-kristal hidroxyapatit yang
ada, lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface decalsifikasi ( Nio, 1987).
4. Gejala
karies gigi menurut Depkes., R.I., 1994, yaitu:
a.
Gejala karies gigi pada tahap awal
1) Terdapat
lubang pada permukaan gigi
2) Tanpa
keluhan atau bisa juga disertai dengan keluhan rasa ngilu bila terkena makanan
dan minuman.
b.
Gejala karies gigi pada tahap lanjut
1) Terdapat
lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)
2) Kadang-kadang
disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan makanan dan minuman (panas,
dingin, manis).
c.
Gejala karies gigi tahap lanjut
1) Terdapat
lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang pulpa).
2) Terdapat
keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai rasa sakit kepala
dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau pada leher.
5. Akibat
karies gigi
a. Pulpitis,
merupakan radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi, jaringan pulpa berisi
pembuluh syaraf. Jaringan pulpa bisa meradang karena lubang yang dalam pada
gigi dapat menyebabkan makanan dan minuman merangsang langsung pembuluh syaraf
yang terdapat di dalam ruang pulpa sehingga gigi terasa sakit (Maulani, 2005).
Perawatan : lubang gigi diberi pemati syaraf lalu ditutup dengan fletcher, obat pemati syaraf yang
dimasukan dalam bentuk butiran kecil atau pasta yang dioleskan pada gulungan
kapas kecil, dalam kapas kecil itu diberi tetes eugenol (minyak cengkeh) untuk
mengurangi rasa sakit. Perawatan telah berhasil mematikan syaraf yang
terinfeksi, kemudian dilakukan sterilisasi lubang karies. Beberapa hari setelah
itu kemudian ditumpat dengan bahan tambalan permanen (Machfoedz, 2005).
b. Penyakit
jaringan periodontium, terjadi akibat dari gingivitis
yang tidak tertangani. Perawatan: pembengkakan permulaan pengobatan masih bisa
dirawat, sehingga pembengkakan itu bisa menyusut normal kembali, namun apabila
pembengkakan telah mencapai dibawah kulit pipi bagian bawah, apalagi sampai
kulit pipinya pecah, maka harus diadakan operasi kecil untuk mengeluarkan nanah
yang ada didalamnya, barulah diadakan pengobatan selanjutnya (Manson, dkk,
2003).
c. Pembengkakan
yang mengandung nanah (abses),
merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing, dalam hal ini benda
asingnya adalah kuman yang terdapat di dalam pulpa yang sudah mati.
Perawatannya adalah dokter gigi akan melakukan pembersihan langsung pada gigi
yang berlubang untuk dapat mengurangi rasa sakit, apabila anak takut dan tidak
merasa nyaman ditangani langsung, dokter gigi akan memberikan obat-obatan untuk
meredakan sakit dan demam.
Reaksi
radang telah mereda gigi yang merupakan sumber infeksi itu bisa dirawat lebih
lanjut (Manson, dkk, 2003).
d. Granuloma,
merupakan jaringan yang benjol-benjol kenyal tampak sebagai sebuah bulatan
(jendolan) di pucuk akar gigi yang kenyal berbutir-butir kecil (Machfoedz,
2005).
e. Polip,
merupakan pembengkakan jaringan lunak pada daerah tertentu dalam hal ini pada
daerah gusi dan pulpa gigi. Gigi yang mengalami radang kronis, di daerah yang
terbuka terjadi pertumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan kronis, artinya
rangsangan terus-menerus dan lama pada jaringan pulpa yang lunak, menyebabkan
pembuluh darah terangsang dan membesar. Darah memperbanyak diri di daerah yang
terkena rangsangan lama kelamaan darah ini membangun jaringan baru dan makin
lama makin besar terjadilan polip. Polip yang berasal dari pulpa gigi disebut
pulpa polip, jika terjadi pada daerah gusi disebut gingival polip. Perawatannya
dapat dilakukan perawatan saraf gigi pada pulpitis, kalau untuk gingival polip
gigi yang gangren akan dicabut (Machfoedz, 2005).