Jumat, 14 September 2012

KARIES GIGI


1.      Pengertian karies gigi
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari host (penjamu), agent (penyebab), envitonment (lingkungan), time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan karies gigi (email, dentin, sementum) yang tak bisa pulih kembali (Sriyono, 2005). Karies gigi merupakan hancurnya email dan dentin yang mengakibatkan lubang pada gigi (Maulani, 2005). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd, dkk, 1992).

Gambar . Karies Gigi 

2.      Penyebab terjadinya karies gigi
Faktor utama penyebab karies gigi digambarkan sebagai 4 lingkaran yang saling berorientasi (multifaktoral). Lingkungan pertama adalah host, yang meliputi gigi dan saliva, lingkaran kedua adalah faktor mikroorganisme (plak), lingkaran ketiga adalah faktor substrat (makanan) dan lingkaran yang keempat adalah faktor waktu, selain faktor langsung yang ada di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan dengan karies gigi terdapat juga faktor-faktor tidak langsung yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi misalnya mengenai jenis makanan dan minuman yang menyebabkan karies gigi (Ruslawati, 1991). Faktor utama penyebab karies dapat digambarkan pada gambar 1 dibawah ini:
Waktu
 
3.      Proses terjadinya karies
Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor yang harus ada dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu. Makanan yang mengandung gula (sukrosa) dengan adanya kuman dalam plak (coccus) maka berbentuk asam (H+) dan jika berlangsung terus menerus, maka lama kelamaan pH plak menjadi ± 5. Asam (H+) dengan pH ini akan masuk kedalam sub surface dan akan melarutkan kristal-kristal hidroxyapatit yang ada, lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface decalsifikasi ( Nio, 1987).
4.      Gejala karies gigi menurut Depkes., R.I., 1994, yaitu:
a.       Gejala karies gigi pada tahap awal
1)      Terdapat lubang pada permukaan gigi
2)      Tanpa keluhan atau bisa juga disertai dengan keluhan rasa ngilu bila terkena makanan dan minuman.
b.      Gejala karies gigi pada tahap lanjut
1)      Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)
2)      Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan makanan dan minuman (panas, dingin, manis).
c.       Gejala karies gigi tahap lanjut
1)      Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang pulpa).
2)      Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau pada leher.
5.      Akibat karies gigi
a.       Pulpitis, merupakan radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi, jaringan pulpa berisi pembuluh syaraf. Jaringan pulpa bisa meradang karena lubang yang dalam pada gigi dapat menyebabkan makanan dan minuman merangsang langsung pembuluh syaraf yang terdapat di dalam ruang pulpa sehingga gigi terasa sakit (Maulani, 2005). Perawatan : lubang gigi diberi pemati syaraf lalu ditutup dengan fletcher, obat pemati syaraf yang dimasukan dalam bentuk butiran kecil atau pasta yang dioleskan pada gulungan kapas kecil, dalam kapas kecil itu diberi tetes eugenol (minyak cengkeh) untuk mengurangi rasa sakit. Perawatan telah berhasil mematikan syaraf yang terinfeksi, kemudian dilakukan sterilisasi lubang karies. Beberapa hari setelah itu kemudian ditumpat dengan bahan tambalan permanen (Machfoedz, 2005).
b.      Penyakit jaringan periodontium, terjadi akibat dari gingivitis yang tidak tertangani. Perawatan: pembengkakan permulaan pengobatan masih bisa dirawat, sehingga pembengkakan itu bisa menyusut normal kembali, namun apabila pembengkakan telah mencapai dibawah kulit pipi bagian bawah, apalagi sampai kulit pipinya pecah, maka harus diadakan operasi kecil untuk mengeluarkan nanah yang ada didalamnya, barulah diadakan pengobatan selanjutnya (Manson, dkk, 2003).
c.       Pembengkakan yang mengandung nanah (abses), merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing, dalam hal ini benda asingnya adalah kuman yang terdapat di dalam pulpa yang sudah mati. Perawatannya adalah dokter gigi akan melakukan pembersihan langsung pada gigi yang berlubang untuk dapat mengurangi rasa sakit, apabila anak takut dan tidak merasa nyaman ditangani langsung, dokter gigi akan memberikan obat-obatan untuk meredakan sakit dan demam.
Reaksi radang telah mereda gigi yang merupakan sumber infeksi itu bisa dirawat lebih lanjut (Manson, dkk, 2003).
d.      Granuloma, merupakan jaringan yang benjol-benjol kenyal tampak sebagai sebuah bulatan (jendolan) di pucuk akar gigi yang kenyal berbutir-butir kecil (Machfoedz, 2005).
e.       Polip, merupakan pembengkakan jaringan lunak pada daerah tertentu dalam hal ini pada daerah gusi dan pulpa gigi. Gigi yang mengalami radang kronis, di daerah yang terbuka terjadi pertumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan kronis, artinya rangsangan terus-menerus dan lama pada jaringan pulpa yang lunak, menyebabkan pembuluh darah terangsang dan membesar. Darah memperbanyak diri di daerah yang terkena rangsangan lama kelamaan darah ini membangun jaringan baru dan makin lama makin besar terjadilan polip. Polip yang berasal dari pulpa gigi disebut pulpa polip, jika terjadi pada daerah gusi disebut gingival polip. Perawatannya dapat dilakukan perawatan saraf gigi pada pulpitis, kalau untuk gingival polip gigi yang gangren akan dicabut (Machfoedz, 2005).